Komunikasi Produktif Game Level 1#part 14

Assalamualaikum. Malam Bunda. Sudah istirahatkah? Selamat istirahat untuk Bunda yang sudah bersiap untuk tidur. Kalau yang masih bermain dengan ananda, selamat bermain juga. Alhamdulillah Danish sudah tidur jadi bisa bagi cerita dulu dengan Bunda.

Malam sebelumnya Danish tidur dengan kondisi yang menangis, saya bingung karena tanpa sebab yang jelas dia menangis seperti ingat sesuatu. Kalau ditanya, nangisnya makin kencang. Cukup lama ia menangis, kami (saya dan suami) membaca ayat kursi, surat qulhu (Al Ikhlas, Al Falaq, An nas) 3 kali untuk menenangkan Danish. Akhirnya Danish tertidur karena kelelahan menangis. Besok paginya (hari ini) sewaktu adzan shubuh Danish bangun, lalu selesai sholat saya memanggil Danish, “ Danish, ibu mau tanya, kenapa Danish menangis tadi malam, apa yang membuat Danish sedih?” Danish yang tadinya terlihat biasa langsung merengek seperti mau menangis. Wah, sepertinya saya salah bertanya. Pagi itu suasana hati Danish menjadi berubah. Sebentar sebentar merengek, kalau ada sesuatu yang tidak beres dengan mainannya langsung merengek dan marah-marah. Cukup dibuat repot dengan tingkah Danish pagi ini. Sebelum ayah Danish berangkat kerja, saya memintanya untuk menemani Danish bermain sampai pekerjaan domestik selesai. Setelah selesai, saya menemani Danish bermain dan ayahnya pun berangkat kerja. Saat ditemani main pun masih merengek, salah sedikit marah lalu menjerit kesal. Sepertinya masih terbawa dengan tangisannya semalam. Pukul 07.00 saya mengajak Danish jalan kaki keliling kompleks untuk menghiburnya sekalian belanja sayur. Danish terlihat senang dan ceria, oh mungkin dia bosan di rumah. Dari kemarin memang jarang keluar rumah karena hujan. Saat sudah cukup puas, Danish sendiri yang minta pulang ke rumah. Sampai di rumah, Danish ingin berendam di kolam balon yang ada di teras rumah, saya tidak mengijinkan karena masih masa penyembuhan flu dan batuk. Saya memintanya mandi, Danish malah marah. Saya pun ikut emosi dan bilang, “Yaudah terserah Danish kalau ga mau mandi.” Dabish tahu ibunya sudah kesal langsung meminta mandi tapi ketika dimandikan malah menangis. Hufft….

Saya masih penasaran kenapa Danish jadi sangat sensitif. Selesai mandi, saya ajak Danish naik motor untuk beli beras. Kalau diajak keluar dia sangat senang dan tidak rewel. Saat di motor, saya bertanya, “Danish mau jajan apa?” Jawabannya, “baslok (bakso cilok)” Okelah saya turuti. Begitu lewat pasar, “Danish mau kue pukis?”  Danish tetap ingin baslok dan saya pun membelikannya. Saya menawari, “Danish mau susu kedelai atau susu ultr*milk?” Danish memilih yang kedua. Pulang ke rumah, bawa beras, baslok, susu ultr*milk dan es krim. Kalau es krim karena dia liat di warung sewaktu membeli susu. Ternyata dia tidak suka dengan es krimnya, jadi hanya makan baslok dan susu (itu pun tidak dihabiskan). Kembalilah kami bermain, tapi juga disambi bolak balik ke dapur masak nasi dan sayur. Sepanjang bermain juga masih suka merengek Bunda, sampai saya mendiamkannya. Saya tidak ingin mengeluarkan kata-kata seperti kemarin saat emosi sedang memuncak. Danish bingung lihat ibunya diam, lalu tangisannya semakin kencang. Saya pun tetap tidak bicara meski tangan tetap memegang Danish agar tidak jatuh. Terus saja menangis hingga dia mengajak tidur, “ayo ibu tidur.” Saya langsung rebahan di kasur dengan memeluk Danish. Saat memeluknya, Danish mulai terlihat tenang. Saya: “Danish, kenapa memangis? Danish ga betah disini? “
Danish: “Danish ga betah disini.”
Saya: “ Danish mau ke Bandung sama umi sama kakek?”
Danish: “ Danish sama umi sama kakek”
Saya: “Danish betah di Bandung atau di sini?”
Danish: “ di Bandung”
Saya: “ Kalau di Bandung nanti ketemu sama ayahnya jarang dunk?”
Danish: “ (tampak berpikir)”
Kami terus berdialog hingga perasaan Danish tersampaikan. Akhirnya Danish tersenyum dan ceria kembali. Dia bermain dengan tenang dan tidak kesal seperti sebelumnya. Sekarang saya tahu penyebabnya ternyata Danish masih ingin tinggal di Bandung di rumah neneknya. Selama ayahnya dinas ke kalimantan, kami memang menginap di rumah neneknya, cukup lama yakni 3 minggu. Jadi mungkin Danish harus beradaptasi kembali saat pulang ke Bekasi dan dia belum mampu menamai perasaannya. Saat dia tahu apa nama perasaannya, Danish pun ceria kembali. Alhamdulillah ya Allah. Saat kita berusaha mengerti anak ternyata anak pun akan lebih respect terhadap kita. Saya sendiri masih suka emosi saat rengekan Danish berlangsung cukup lama. Mulai saat ini kalau Danish merengek lalu menangis kencang sedang penyebabnya belum diketahui lebih baik diam menunggu Danish tenang. Karena percuma bertanya kalau sedang menangis kencang. Kalau sudah tenang baru bertanya pelan-pelan, insyaAllah jadi tahu penyebabnya. Kejadian hari ini mengajarkan pengalaman baru untuk saya Bunda bahwa anak rewel pasti ada penyebabnya, janganlah terburu-buru meredam tangisannya karena mungkin itu ekspresi yang ingin dia keluarkan. Tapi dengan catatan, segala masalah selesaikan di rumah, jadi saat keluar anak tidak menjadi tantrum. Saya sendiri berusaha sebisa mungkin menyelesaikan tantrum anak meski banyak kekurangan disana sini tapi yakin Allah akan membantu memberi petunjuk kepada kita.

Panjang ceritanya ya Bunda? Semoga tidak bosan membacanya. Alhamdulillah sampai dengan tidur malam ini, Danish tidak merengek lagi. Mudah-mudahan besok baik-baik saja. Sudah dulu ya Bunda, pamit mau istirahat dulu.
Wassalamualaikum.

Ibu pembelajar

Resti

Komentar

Postingan Populer