Komunikasi Produktif Game Level 1#Part 15
Assalamualaikum...Alhamdulillah memasuki tantangan ke 15, Bunda. Entah ini yang terakhir atau besok mau lanjut lagi. Hari ini seru sekali dengan segala serba serbinya. Bisa dibilang cukup menguras perasaan. Agak berlebihan sepertinya (lebay), memang golongan darah A ini punya sifat yang melankolis plus sanguinis, jadi kadang bersifat perasa, dominan, banyak bicara, menanggapi suatu masalah sedikit berlebihan.
Saya mulai ceritanya ya, Bunda. Kami (saya dan Danish) sering bolak balik Bekasi-Bandung karena ayah Danish kerap dinas keluar kota. Hal ini membuat kami harus selalu beradaptasi. Kondisi udara Bandung yang dingin membuat kami merasa nyaman berkegiatan di dalam rumah, sedangkan saat pulang ke Bekasi kami seperti kalang kabut menyesuaikan diri. Hari pertama dan kedua, Danish sering rewel karena kepanasan, sedangkan saya sendiri berkeringat hebat meski hanya memasak di dapur. Di hari ketiga biasanya kami mulai merasa nyaman.
Namun, kali ini berbeda, 3 minggu tinggal di Bandung, Danish sudah merasa betah jadi sampai hari ketiga Danish masih rewel. Masih ingatkan Bunda cerita kemarin? Usut punya usut, saya juga punya andil terhadap kerewelan Danish karena saya masih kesulitan beradaptasi dengan pekerjaan domestik seperti mencuci, memasak, menyetrika, dll. Kalau di Bandung, pagi-pagi saya bisa menyelesaikan pekerjaan dengan tenang sebab Danish ditemani oleh neneknya. Sedangkan di Bekasi, tidak ada yang menemani bermain saat saya sedang bekerja sehingga Danish menjadi rewel. Ayah Danish pukul 05.30 sudah berangkat ke kantor, jadi belum sempat menyelesaikan cucian piring, cucian baju, dan membereskan isi rumah. Walhasil, saya sendiri stress memikirkan pekerjaan rumah yang terbengkalai dan berimbas pada mood yang memburuk. Meski sudah berusaha stay cool, tapi tetap saja saat Danish merengek, saya mudah sekali kesal.
Saya mencoba menahan diri agar tidak kebablasan bertindak. Sugesti untuk menyelesaikan pekerjaan saat Danish tidur siang saya lakukan. Saya temani Danish bermain sampai waktu mandi tiba. Setelah mandikan Danish lanjut sholat dhuha. Setelah selesai semua, saya mengajak Danish naik motor beli es krim. Lumayan menghibur Danish dan saya sendiri. Setelah makan es krim perasaan menjadi lebih nyaman, sepertinya saya butuh piknik (hehe). Pulang dari membeli es krim, beli snack untuk stok di rumah biar saat Danish ingin ngemil ada yang dimakan. Sampai di rumah, tidak lama Danish mengantuk dan tidur di pelukan. Saya menangis dan minta maaf sama Danish karena sudah bersikap kurang menyenangkan (cemberut, cepat panik, mudah kesal, dan sedikit kasar). Setelah lega, saatnya beraksi. Langsung cuci piring, cuci pakaian plus menjemur, buang sampah, nyapu, dan ngepel. Semuanya selesai dalam 1 jam lewat sedikit dari adzan Dhuhur. Istighfar sama Allah karena mau menyelesaikan urusan duniawi dulu, lalu mandi biar badan terasa segar saat sholat. Selesai sholat, ngaji, makan, dan minum secangkir kopi, hati menjadi lebih ringan dan siap menyambut Danish bangun dengan gembira. Alhamdulillah nikmatnya
Pukul 14.00 Danish terbangun, saya tersenyum tulus dan bahagia. Kami bermain,bercanda dan tertawa bersama. Bicara dengan Danish terasa lebih menyenangkan. Komunikasi produktif pun mudah dilakukan seperti meminta Danish menunggu saat saya masak, meminta Danish mandi, dan sebagainya. Saat Danish memberantakkan pakaian yang baru saja dilipat, saya pun tidak terlalu kesal. Dia mengacak-acak kamar pun biasa saja. Ternyata kunci dari kerewelan Danish adalah saya sendiri, Bunda. Saya harus selesai dengan diri saya sebelum.menghadapi Danish, kalau tidak yang terjadi adalah kekesalan demi kekesalan.
Alhamdulillah Danish kembali ceria dan ibunya pun sudah menjadi normal (hehe). Pengalaman hari ini adalah pelajaran berharga bagi saya saat membersamai anak. Ikatan batin ibu dan anak sangatlah kuat, jadi saat batin saya sedang buruk maka anak pun menjadi rewel dan memperburuk keadaan. Sebaliknya, saat batin saya baik, memandang sikap dan perilaku anak secara baik maka anak pun menjadi ceria dan menyenangkan hati. Alhamdulillah ilmu komunikasi produktif yang diperoleh di kelas Bunsay IIP menjadi pijakan saat saya keluar dari jalur normal dalam berkomunikasi dengan anak.
Terimakasih sudah mengijinkan saya belajar di IIP. Saya doakan semoga IIP terus berjaya dan semakin lebar dalam mengepakkan sayapnya. Masih banyak Bunda-bunda di luar sana yang perlu dirangkul, kita bersama-sama membangun peradaban yang berkualitas secara jasmani dan ruhani.
Wassalamualaikum
Ibu Pembelajar
Resti
Komentar
Posting Komentar