Komunikasi Produktif Game Level 1#part 10
Assalamualaikum, Bunda. Yeey..alhamdulillah sudah memasuki hari kesepuluh game komunikasi produktif. Selalu semangat ya bunda. Membersamai ananda tercinta memang campur aduk rasanya. Tingkah ananda yang menggemaskan menjadi hiburan tersendiri untuk saya. Kemampuan bicaranya semakin berkembang seiring dengan kemampuan memahami bahasa. Melatih bicara melalui buku cerita anak-anak. Terkadang dia mengucapkan kata-kata yang ada dalam dialog cerita. Pernah juga sewaktu saya bacakan kisah Rasulullah dia terlihat belum tertarik karena mungkin komposisi tulisan lebih banyak narasi ketimbang dialog. Tetapi tiba-tiba dia mengucapkan, “Ya..Karim..ya..Karim.” Kalimat tersebut diucapkan oleh seorang Arab Badui yang sedang thawaf di Kabah. Padahal waktu saya cerita dia terlihat tidak begitu memperhatikan, namun indera pendengarannya ternyata menangkapnya.
Oia, sampai lupa belum cerita ya Bunda, kebanyakan introduksi..hihi..maklum perempuan memang harus mengeluarkan 2000 kata per hari agar bisa menjalani hari. Pagi ini, saya, suami dan Danish pergi mengunjungi rumah kami yang ada di Kompleks Gading Tutuka 1 Soreang, alhamdulillah jambu air di depan rumah kami sedang berbuah lebat. Rasa buahnya manis dan segar, untuk itu kami memanennya. Setelah dipanen di bagi ke beberapa tetangga. Dibantu sama Danish kami memasukkan jambu-jambu ke dalam plastik. Tapi namanya masih anak-anak malah asyik bermain sendiri. Danish memainkan kunci rumah dengan memasukkan dan mengeluarkan dari handlenya. Sewaktu bermain, tiba-tiba dia merengek karena tidak bisa mencabut kunci yang dia masukkan ke handle.
Danish: “Ga bisa, ibu ga bisa (bicara sambil merengek)”
Saya: “Bisa, Danish pasti bisa.”
Danish: “Bisa, hiks..hiks..bisa Danish bisa (sambil berusaha menarik kunci tapibtidak berhasil)”.
Saya: “Coba ditarik kuncinya (mendatangi Danish lalu memegang tangannya untuk membantu menarik kunci).”
Kunci berhasil ditarik…”Nah itu bisa,” sorakku. Danish terlihat gembira. Tapi lagi-lagi dia terus merengek saat mencoba lagi tetapi tidak bisa karena memang Danish belum paham cara menarik kunci. Ya sudahlah lama kelamaan dia bosan dan bermain yang lain. Saya memang tidak pernah memaksakan Danish untuk menguasai sesuatu yang menurutku memang masih di luar jangkauan Danish. Kalau soal membuka dan menutup pintu memang saya ajarkan tetapi untuk mengunci atau menarik kunci pintu rumah memang belum diajarkan.
Selain menambah pengetahuan mengenai ilmu parenting melalui berbagai sarana seperti kuliah whatsapp atau grup facebook dengan ahli parenting, seorang ibu juga mempunyai naluri sendiri dalam mendidik anaknya. Tidak melulu menerapkan secara saklek ilmu yang diterima tetapi meramunya sehingga sesuai dengan anak.
Seru ya Bunda membersamai anak meski kadang ingin sekali melakukan apa yang menjadi cita-cita dahulu. Tapi saya selalu ingat bahwa masa kanak-kanak itu tidak akan kembali, jadi tidak ingin melewatkan begitu saja tanpa melakukan sesuatu. Sekian dulu cerita hari ini Bunda. Tetap semangat ya Bunda.
Wassalamualaikum.
Ibu pembelajar
Resti
Komentar
Posting Komentar