Resume Diskusi tentang Review Tantangan Level#3 Bunsay Part 2

Resume Diskusi tentang Review Game level  #3
{Part 2}
Rabu, 23 Januari 2018
Pukul 20.00 wib

--Materi Review Part 2--
FAMILY PROJECT DAN KECERDASAN ANAK

Setelah kita memahami secara detil tentang apa itu Family Project dan sudah menjalankannya dengan tantangan 10 hari, maka kali ini kita akan kembali membahas bagaimana  family project ini bisa menjadi sarana kita untuk melihat sisi-sisi kecerdasan anak yang harus kita amati.

Family Project dan Kecerdasan Intellectual

Family Project adalah sarana anak-anak belajar sesuatu, belajar hal baru melalui berbagai tema-tema yang kita kemas dalam berbagai project. Di dalam ilmu pembelajaran kita bisa mempelajarinya lebih lanjut tentang Project Based Learning.

Selama menjalankan Family project ini kita bisa melihat apakah :

a.  Apakah rasa Ingin tahu anak-anak terhadap sesuatu menjadi semakin tinggi?

b. Apakah Kreativitas dan Daya Imajinasinya menjadi semakin besar?

c. Apakah muncul gairah belajar dan inovasi baru yang anak-anak dapatkan selama menjalankan family project?

d. Bagaimana anak-anak menyikapi pengetahuan baru, pengalaman baru yang mereka dapatkan selama menjalankan Family Project?

e. Apakah anak-anak menemukan gairah untuk selalu berkarya dan menemukan hal baru demi kehidupan mereka yang lebih baik?

Family Project dan Kecerdasan Emosional

a. Apakah selama menjalankan Family Project muncul kesadaran diri secara penuh dari anak-anak?

b. Apakah anak-anak makin mengenal emosi yang muncul  ( senang, bahagia, sedih) selama menjalankan Family Project?

c. Apakah emosi anak stabil/meledak-ledak ketika menghadapi tantangan selama Family Project berjalan?

d.Apakah anak bisa mengerti perasaan dan kebutuhan orang lain, sehingga orang lainpun merasa senang dan dimengerti perasaannya?

e. Apakah anak sanggup mengelola emosi yang dia dapatkan dari orang lain, sehingga tercipta ketrampilan sosial yang tinggi?

Family Project dan Kecerdasan Spiritual

Family project sebagaimana kita tahu adalah pemberian makna yang mendalam terhadap aktivitas sehari-hari yang kita lakukan di rumah. Sehingga aktivitas keluarga sehari-hari + management dan organisasi = Family Project  = Aktivitas keluarga yang penuh makna.

Kecerdasan Spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna ( value), kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya.

Dengan menjalankan Family Project kita akan bisa melihat hal-hal sebagai berikut:

a. Apakah anak-anak bisa makin mengenal ciptaan Allah dan makin menyayangi antara sesama makhluk ciptaan Allah selama menjalankan Family Project ini?

b. Apakah anak-anak makin melihat dirinya dan keluarganya sebagai sesuatu yang unik yang diciptakan Allah berbeda dengan yang lain,  selama menjalankan Family Project ini?

c. Apakah rasa syukur anak-anak makin meningkat selama menjalankan Family Project?

d. Apakah anak-anak makin ridho dan konsisten dengan segala perintah dan laranganNya selama menjalankan Family Project?

e. Apakah anak-anak mendapatkan berbagai akhlak mulia yang bisa dia dapatkan untuk dipraktekkan selama menjalankan Family project?

f. Apakah anak-anak semakin tunduk dan taat terhadap kehendak penciptaNya, selama menjalankan Family Project?

g. Apakah anak-anak semakin bergairah untuk menebar benih manfaat di muka bumi ini, dan sadar perannya sebagai Khalifah di muka bumi ini, selama menjalankan Family project?

Family Project dan Kecerdasan Menghadapi Tantangan ( AI)

Selama menjalankan Family Project pasti kita dan anak-anak menghadapi berbagai macam tantangan dan cobaan. Dari sinilah kita paham seberapa kuat anak-anak kita menghadapi tantangan hidup.

a. Apakah selama menjalankan Family Project anak-anak mampu mengontrol dirinya ?

b. Bagaimana reaksi anak-anak ketika kenyataan tidak sesuai dengan harapan yang dia inginkan seama menjalankan Family project?

c. Apakah anak-anak sanggup membangun konsistensi dan komitmen terhadap kesepakatan yang sudah dia putuskan bersama selama menjalankan Family Project?

d. Apakah anak-anak menunjukkan inisiatif besar untuk aktivitas yang dia inginkan, dan sanggup menanggung semua resiko yang akan muncul selama menjalankan Family Project?

e. Bagaimana reaksi anak-anak setiap menjumpai “tantangan” selama family project berjalan, apakah mereka bisa mengubahnya menjadi sebuah peluang?

f. Apakah anak-anak tidak mudah putus asa?

g.Apakah anak-anak berani mengakui sebuah kesalahan dan mau belajar dari kesalahan yang dia buat selama menjalankan Family Project?

h.Apakah kemandirian anak mulai terlihat selama menjalankan Family project?

Dari berbagai kasus yang kita dapatkan selama menjalankan Family project ini sebenarnya selain untuk melihat kecerdasan anak-anak, kita juga bisa mengamati kecerdasan diri kita dan pasangan. Sehingga kita semakin paham bagaimana cara kita “memantaskan diri” agar semakin layak mendidik anak-anak hebat. Dan hal-hal apa saja yang harus kita tambahkan selama perjalanan di Universitas Kehidupan.

Salah satu contoh hal kecil ketika menjalankan tantangan 10 hari di Game –game kelas Bunda Sayang ini, kita mengalami kesulitan dalam mengatur waktu sehingga tidak sanggup menuliskan tantangan 10 hari tersebut secara berturut-turut, apakah kita langsung menyerah berhenti disini saja? Kalau iya kecerdasan menghadapi tantangan kita masuk kategori Quitters, Apakah kita cukup menuliskan poin-poin penting saja dan tidak usah menyempurnakannya, yang penting mengumpulkan tugas? Kalau iya, berarti ita tipe campers. Atau kita termasuk orang yang berusaha mengubah manajemen waktu kita, mencari strategi terbaik, membuat sistem penulisan, sehingga memudahkan kita untuk menuliskannya setiap hari? Kalau iya, selamat  berarti kecerdasan anda memasuki tahap Climbers.

Silakan amati kecerdasan-kecerdasan yang lainnya yang ada pada diri kita selama mengerjakan Tantangan-tantangan 10 Hari di kelas Bunda Sayang ini.

Dan untuk bisa mendapatkan perubahan-perubahan ke arah yang lebih baik ke anak - anak dan keluarga kita, mulailah dari diri kita terlebih dahulu

for things to CHANGE, I must CHANGE first

Salam Ibu Profesional,

/Tim Fasilitator Bunda Sayang/

πŸ“šSumber Bacaan:

D.Paul Relly, “Success is Simple, Gramedia, Jakarta

Stoltz, Paul G, PhD, 1992, Adversity Intellegence, Mengubah  Hambatan Menjadi peluang

Melva Tobing. Mpsi, Daya Tahan Anak menghadapi Kesulitan, Jakarta, 2013

Materi Tentang Kecerdasan anak dan Kebahagiaan Hidup, IIP, bunda sayang

https://www.youtube.com/watch?v=n9LNFH4TW7k

--Pertanyaan diskusi--
  1. Resti:
  • Family project yang kami buat yaitu melatih kecerdasan spiritual. Kami mengajak danish untuk hafalan al quran. Tidak ada paksaan tetapi saya menggunakan berbagai cara utk mengajak danish hafalan. Mulai dari mentalaqqi saat dia bermain, ngajak duduk ngaji bareng, dan yg terakhir ngajak boneka n mainannya hafalan juga biar danish semangatbada temennya. Tapi karena kami sering bolak balik bandung-bekasi membuat jadwal kami harus menyesuaikan lagi dan lagi. Hal tersebut masuk ga ya ke dalam kecerdasan spiritual? Secara dlm 1 bulan mampu menghafal satu surat Al Alaq kemarin. Jd ga ada kecerdasan lainnya yg diajarkan.
    Note: hanya mengajarkan satu surat itu saja, ga nambah yg lainnya. Terkesan monoton mba.
  • Mb Fitroh: Termasuk mba. Orangtua punya prioritas masing-masing ingin melatih yg mana. Dari yg mba ceritakan ini kan ada prosesnya juga dengan menggunakan berbagai cara. Jadi ada juga family project yg sifatnya fleksibel dalam arti dapat disesuaikan baik waktu maupun kegiatannya apalagi jika keadaannya sering mobile, yang terpenting saat melakukannya nyaman dan bahagia.
  • Tanggapan Mb Eka: mba @⁨Resti Elfia⁩ aku mau nanggepin juga dongs, sbnrnya dalam proses menghafal itu, kalau baca dr cerita mba resti ya, itu kan fleksibel bgt caranya, ada yg sambil ngajak boneka, ngaji brg dll, dr situ danish bs belajar kg secara ngga langsung ttg adversity kan, bahwa ada challenge nih : menghafal sambil mobile, solusinya : fleksibel cari cara selama tujuan tercapai..

    selain itu bisa diobservasi gimana danish saat menghafal, suasana hati dia, sebelum selama & setelah, disitu kan kita bisa latih aspek kecerdasan emosi nya. Misal ditanya : gimana perasaan nya stlh bisa menghafal dll.
  • Resti: Oh gitu ya mba, termasuk paksu yang ga selalu mendampingi. Otomatis saya cuma melaporkan sudah berkegiatan. Trus gimana ya mba dg kecerdasan lainnya? Misal life skill nya klo yg saya fokuskan ke spiritual dulu. Misal fokus hafalan, sholat, doa2 gitu. Apakah nanti danish bakal tertinggal kemampuan yg lainnya?
  • Mb Fitroh: Iya mba dengan kita melaporkan ke suami, suami jd tahu perkembangannya, nanti suami saat sudah oulang dan luang, kembali refresh dengan ngobrol sama anak, memancing anak cerita ttg kegiatannya. Ini pun termasuk terlibat.

    Untuk melatih kecerdasan yg lain bisa bersamaan, maksudnya misal kita fokusnya mau mengasah kecerdasan spiritual, nah ini bisa berbarengan dengan meminta abang Danish membereskan mainannya. Kan ini termasuk life skill juga.

       2. Sukarmila:
  • Nah itu dia mba fit..aq sering ganti2 project karena tergantung mood si abang..apalagi sempat keputus karena saya nge drop. Alhamdulillah si abang sudah mulai bisa kontrol emosi dan kontrol bahasa. Saya bisa dapat review dr Miss nya di sekolah.
  • Mb Fitroh: Yg penting anak tahu alasan kenapa kita melakukan project tersebut. Walau tidak berhasil sampai akhir dan tdk sesuai dengan apa yg kita harapkan, anak tetap tahu "ooh aku mengerjakan ini alasannya agar aku jadi ...."

      3. Mb Dini Kusuma:
  • Aq nny donk mba anak aq yg 5th msh aja suka nangis pdhl mslh sepele misal kayak tadi aq tunjukin vidio gempa yg truk goyang2..eh dy lgsung takut gt..dan tiba2 lgsung nangis..aq harus gmn yaa? Pdhl anak laki2..kecerdasaan emosi'a blm terasah ky'a yaa mba?
  • Mb Fitroh: Di terima dulu perasaannya mba. Lalu peluk dan tanya "kaka sedih ya, apa yg bikin kk sedih?" Setelah itu kita jelaskan. Bisa jd ananda tipe anak yg memiliki rasa empati yg tinggi.
  • Mb Diny: Iyaa sih aq mikir'a jg ky"a dy tipe anak yg empati'a tinggi..mksh mba fitroh saran'a..akan aq coba..kdang aq emosi sendiriπŸ™ŠπŸ™ŠπŸ™ˆ #janganditiru habis laki2 masa nangis truz..πŸ˜†πŸ˜†
  • Mb Fitroh: Anak laki-laki pun majar jika ada rasa takut, ingin menangis, justru itu kita latih agar anak bisa belajar memahami perasaannya.

    Kebanyakan orang suka bilang "anak laki-laki ko penakut. Ko cengeng, ga boleh nangis harus kuat", secara ga langsung kita melabeli anak dan ini bahaya nantinya.
  • Tanggapan Mb Eka: hm.. bukan kecerdasan emosinya ngga terasah sih kalau ini menurutku ya mba πŸ˜„
    1. sepele itu mungkin kita ngeliatnya sepele ya, tp sbnrnya bagi anak, wajar bgt kalau ngerasa takut, justru bersyukur kalau misal dia nangis krn ikut sedih, artinya dia punya empati kan ya 😍             2. iya setuju, diterima perasaannya, terus dibahas, apa yg bikin dia sedih/takut/apa yg lg dirasain
    3. sbnrnya kalau menurut aku ya anak laki2/perempuan sih sah2 aja kalau nangis ya namanya lg sedih, perlu hati2 jgn sampe kita bilang : jangan nangis masa laki2 nangis, itu jd kaya ‘mengecilkan’ perasaannya & khawatirnya anak jd ngerasa ngga percaya dgn perasaannya sendiri, mksdnya : ooo harusnya aku ngga sedih ya? mungkiiin kalau pun emang nangisnya terlalu berlebihan menurut kita, kita bs ajak alternatif mengelola emosi aja, tanpa perlu bilang ngga usah nangis ah.. tanya aja, kak kalau sedih mau ngelakuin apa supaya perasaannya lebih lega? gitu..

    ini juga kan latihan banget utk manajemen emosi ya sbnrnya (maaf ya kalau sok tau, semoga berkenan mba).

      4. Sukarmila:
  • Klo fampro nya beda2 gimana? Terkait masih bingung nentuin fampro nya.
  • Mb Fitroh: Persiapkan semuanya pelan-pelan mba. Misal, apa nih yg mau mba latih ke anak, apa aja yg harus disiapkan, butuh waktu berapa lama, ajak anak diskusi, nanti pelan-pelan akan terlihat polanya.

--Selesai--

Komentar

Postingan Populer