Kulwapp sepekan materi 3 IIP Solo Raya

Resume Kulwap
Rabu , 20 Sept 2017
Fenomena BULLYING Pada Anak
Oleh : ibu Dewi Agustini MM, M.Ch, Cht, M.Nlp

A.  Makna Bullying
Beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli tentang perilaku Bullying :
Ken Rigby (2002:15) : “Penekanan atau penindasan yang berulang-ulang secara psikologis atau fisik terhadap seseorang yang memiliki kekuatan atau kekuasaan yang kurang, oleh seseorang atau kelompok orang yang lebih kuat.”
Andrew Mellor (1997), seorang psikolog dari University of Edinburgh, Inggris, mendefinisikan Bullying terjadi ketika seseorang merasa teraniaya oleh tindakan orang lain dan dia takut bila perilaku buruk tersebut akan terjadi lagi, dan merasa tak berdaya untuk mencegahnya.
Barbara Coloroso (2003:44) : “Bullying adalah tindakan bermusuhan yang dilakukan secara sadar dan disengaja yang bertujuan untuk menyakiti, seperti menakuti melalui ancaman agresi dan menimbulkan terror. Termasuk juga tindakan yang direncanakan maupun yang spontan bersifat nyata atau hampir tidak terlihat, dihadapan seseorang atau di belakang seseorang, mudah untuk diidentifikasi atau terselubung dibalik persahabatan, dilakukan oleh seorang anak atau kelompok anak.
Dari beberapa pengertian diatas maka pada dasarnya bullying adalah bentuk tindakan atau perilaku,  agresif seperti mengganggu, menyakiti atau melecehkan yang dilakukan secara sadar, sengaja dengan cara berulang-ulang oleh seseorang atau sekelompok orang.
Bullying dapat terjadi di mana saja, tidak memilih umur atau jenis kelamin korban. Korban bullying pada umumnya adalah anak yang lemah, pemalu, pendiam dan special (cacat, tertutup, cantik atau punya ciri-ciri tubuh yang tertentu) yang dapat menjadi bahan ejekan.
Bullying di Taman Kanak-kanak
Berdasarkan hasil penelitian, anak usia Taman Kanak-kanak (TK) tidak dengan sengaja melakukan bullying pada anak lain. Hal tersebut terjadi karena belajar dari pengalaman sebelumnya, bahwa tindakan tersebut memberi efek yang betul-betul nyata. Yang menjadi pembeda bullying di TK adalah bentuknya.
Perhatikan ilustrasi berikut :
Victor ingin bermain dengan teman sekelasnya Ben, Isaac dan Danu. Tapi mereka selalu menolaknya. Mereka hanya mau mengajak Victor bermain, kalau mereka bermain rumah-rumahan dan memerlukan kucing. Kucing tidak perlu bicara, hanya diam saja sebagai pelengkap. Kemudian mereka akan meminta Victor sebagai kucing. Setelah beberapa menit bermain, Victor sedih dan keluar dari permainan tersebut.

Untuk mencegah bullying di TK, hal-hal yang perlu dilakukan oleh guru adalah:
Memberi pengertian pada anak, bahwa bullying dan konflik interpersonal diantara anak adalah 2 hal yang jauh berbeda. Segera ketahui apakah perbuatan itu termasuk bullying atau hanya sebuah konflik biasa dalam pergaulan.
Mengerti bahwa intervensi dini sangat diperlukan dalam menghentikan bullying, perlu juga mendiskusikan masalah ini di kelas. Membahas tentang perilaku dan konflik-konflik apa yang dapat diterima dan mana yang tidak dapat ditolerir.
B.  Jenis-jenis Bullying
Menurut Andi Priyatna (2010:3),  jenis-jenis bullying dikategorikan sebagai berikut :
Fisikal : memukul, menendang, mendorong, merusak
Verbal : mengolok-olok nama panggilan, mengancam, menakut-nakuti
Sosial : gossip, rumor, dikucilkan dari pergaulan, dan sejenisnya
Cyber/elektronik: mempermalukan orang dengan menyebar gossip di jejaring social internet (missal
 : Facebook)
Berdasarkan jenis kelamin pelaku bullying, anak laki-laki cenderung melakukan bullying dalam bentuk agresi fisikal. Anak laki cenderung lebih sering mengalami tindakan bullying dibandingkan anak perempuan, sekaligus pelaku bullying lebih banyak didominasi oleh anak laki-laki.
Dampak tindakan bullying tidak hanya ditanggung oleh si korban bullying, melainkan juga berpengaruh pada si pelaku bullying, korban bullying, begitu pula pada anak yang menyaksikan tindakan tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa satu dari tiga anak di seluruh dunia mengaku pernah mengalami bullying, baik di sekolah, di lingkungan sekitar ataupun secara online (melalui media komunikasi telepon). Sebaliknya, satu dari tiga anak mengaku pernah melakukan tindakan bullying pada kawannya.
Mereka yang biasa menyaksikan tindakan bullying pada kawan-kawannya akan mengalami resiko :
a. Menjadi penakut dan rapuh
b. Sering mengalami kecemasan
c. Rasa keamanan diri rendah

C.   Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Bullying
Beberapa faktor penyebab terjadinya tindakan bullying adalah :

1. Faktor pribadi anak itu sendiri
Anak yang pernah mengalami kekerasan khususnya dari orang tua lebih cenderung 'balas dendam' pada temannya di luar rumah  Mereka tidak dapat mengatasi konflik kekecewaan atas perbuatan orangtua mereka sendiri dengan dirinya sendiri, sehingga dapat menyebabkan ketidakstabilan emosi dalam diri mereka.

2. Faktor keluarga
Anak yang melihat orang tuanya atau saudaranya melakukan bullying sering akan mengembangkan perilaku bullying juga.
Ketika anak menerima pesan negatif berupa hukuman fisik di rumah, mereka akan mengembangkan konsep diri dan harapan diri yang negatif, yang kemudian dengan pengalaman tersebut mereka cenderung akan lebih dulu menyerang orang lain sebelum mereka diserang.
Bullying dimaknai oleh anak sebagai sebuah kekuatan untuk melindungi diri dari lingkungan yang mengancam.
Rendahnya keterlibatan dan perhatian orang tua pada anak juga bisa menyebabkan anak suka mencari perhatian dan pujian dari orang lain. Salah satunya pujian pada kekuatan dan popularitas mereka di luar rumah.

3. Faktor lingkungan
Pada saat anak beranjak remaja, anak lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah atau lingkungan di mana anak itu tinggal. Salah satu faktor yang sangat besar adalah perilaku bullying teman sebaya atau lingkungan yang memberikan pengaruh negatif dengan cara memberikan ide baik secara aktif maupun pasif bahwa bullying tidak akan berdampak apa-apa dan merupakan suatu hal yang wajar dilakukan.

4. Faktor sekolah
Karena pihak sekolah sering mengabaikan keberadaan bullying ini, anak-anak sebagai pelaku bullying akan mendapatkan penguatan terhadap perilaku mereka untuk melakukan intimidasi anak-anak yang lainnya.
Bullying berkembang dengan pesat dalam lingkungan sekolah yang sering memberikan masukan yang negatif pada siswanya misalnya, berupa hukuman yang tidak membangun sehingga tidak mengembangkan rasa menghargai dan menghormati antar sesama anggota sekolah.

5. Faktor pengaruh media
Program televisi yang tidak mendidik, video game, dan film sebagai sarana media banyak menyuguhkan adegan kekerasan, atau perang. Meski seharusnya, orang tua melakukan pendampingan saat menonton atau bermain video game untuk anak di bawah umur, nyatanya banyak yang belum melakukan ini. Ekspos media terhadap adegan kekerasan ini sering menginspirasi anak untuk mencobanya dalam dunia nyata.
Menurut data statistik  tahun 2010 perilaku bullying di beberapa Negara:
69% anak-anak di Inggris melaporkan diperlakukan sebagai anak yang mendapatkan tindakan bullying.
58% anak-anak di Amerika Serikat mengakui bahwa seseorang telah mengatakan sesuatu yang menyakitkan mereka secara online.
Setiap tahun sedikitnya 20 anak di Inggris mengakui mencoba melakukan tindakan bunuh diri karena perlakuan bullying yang mereka terima.
Di Australia 20% anak-anak yang mengalami bullying secara perlahan-lahan menghindar dari kegiatan pembelajaran di sekolah.
Di Kanada seorang anak mendapatkan tindakan bullying setiap tujuh menit di halaman bermain sekolah dan setiap 25 menit di dalam kelas.

D. Upaya mengatasi tindakan Bullying
Pada tahun 2006 Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, kasus kekerasan pada anak mencapai Rp 25 juta, dengan berbagai macam bentuk, dari yang ringan sampai yang berat. Lalu, data BPS tahun 2009 menunjukkan kepolisian mencatat, dari seluruh laporan kasus kekerasan, 30 persen di antaranya dilakukan oleh anak-anak, dan dari 30 persen kekerasan yang dilakukan anak-anak, 48 persen terjadi di lingkungan sekolah dengan motif dan kadar yang bervariasi. Plan Indonesia pernah melakukan survei tentang perilaku kekerasan di sekolah. Survei dilakukan di Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, dan Bogor, dengan melibatkan3 1.500 siswa SMA dan 75 guru. Hasilnya, 67,9 persen menganggap terjadi kekerasan di sekolah, berupa kekerasan verbal, psikologis, dan fisik. Pelaku kekerasan pada umumnya adalah teman, kakak kelas, adik kelas, guru, kepala sekolah, dan preman di sekitar sekolah. Sementara itu, 27,9 persen siswa SMA mengaku ikut melakukan kekerasan, dan 25,4 persen siswa SMA mengambil sikap diam saat melihat terjadi kekerasan. Oleh karenanya, solusi yang bisa dilakukan untuk mencegah dan menangani kasus Bullying ini, antara lain:

1. Solusi buat orang tua atau wali orang tua :

a. Satukan Persepsi dengan Istri/Suami. Sangat penting bagi suami-istri untuk satu suara dalam menangani permasalahan yang dihadapi anak-anak di sekolah. Karena kalau tidak, anak akan bingung, dan justru akan semakin tertekan. Kesamaan persepsi yang dimaksud meliputi beberapa aspek, misalnya: apakah orang tua perlu ikut campur, apakah perlu datang ke sekolah, apakah perlu menemui orang tua pelaku intimidasi, termasuk apakah perlu lapor ke polisi.

b. Pelajari dan Kenali Karakter Anak. Perlu kita sadari, bahwa satu penyebab terjadinya bullying adalah karena ada anak yang memang punya karakter yang mudah dijadikan korban. Sikap “cepat merasa bersalah”, atau penakut, yang dimiliki anak. Dengan mengenali karakter anak, dapat mengantisipasi berbagai potensi intimidasi yang menimpa anak, atau setidaknya lebih cepat menemukan solusi (karena kita menjadi lebih siap secara mental).

c. Jalin Komunikasi dengan Anak. Tujuannya adalah anak akan merasa cukup nyaman (meskipun tentu saja tetap ada rasa tidak nyaman) bercerita kepada orang tuanya ketika mengalami intimidasi di sekolah. Ini menjadi kunci berbagai hal, termasuk untuk memonitor apakah suatu kasus sudah terpecahkan atau belum.

d. Jangan Terlalu Cepat Ikut Campur. Idealnya, masalah antar anak-anak bisa diselesaikan sendiri oleh mereka, termasuk di dalamnya kasus-kasus bullying. Oleh karena itu, prioritas pertama memupuk keberanian dan rasa percaya diri pada anak.  Kalau anak punya kekurangan tertentu, terutama kekurangan fisik, perlu ditanamkan sebuah kepercayaan bahwa itu merupakan pemberian Tuhan dan bukan sesuatu yang memalukan. Kedua, jangan terlalu “termakan” oleh ledekan teman, karena hukum di dunia ledek-meledek adalah “semakin kita terpengaruh ledekan teman, semakin senang teman yang meledek itu”.

e. Masuklah di Saat yang Tepat. Jangan lupa, bahwa seringkali anak (yang menjadi korban intimidasi) tidak senang kalau orang tuanya turut campur. Situasinya menjadi paradoksal: Anak menderita karena diintimidasi, tapi dia takut akan lebih menderita lagi kalau orang tuanya turut campur. Karena para pelaku bullying akan mendapat ‘bahan’ tambahan, yaitu mencap korbannya sebagai “anak mami”. Oleh karena itu, mesti benar-benar mempertimbangkan saat yang tepat ketika memutuskan untuk ikut campur menyelesaikan masalah. Ada beberapa indikator: (1) Kasus tertentu tak kunjung terselesaikan, (2) Kasus yang sama terjadi berulang-ulang, (3) Kalau kasusnya adalah pemerasan, melibatkan uang dalam jumlah cukup besar, (4) Ada indikasi bahwa prestasi belajar anak mulai terganggu

f. Bicaralah dengan Orang yang Tepat. Jika sudah memutuskan untuk ikut campur dalam menyelesaikan masalah, pertimbangkan masak-masak apakah akan langsung berbicara dengan pelaku intimidasi, orang tuanya, atau gurunya.

g. Jangan Ajari Anak Lari dari Masalah. Dalam beberapa kasus, anak-anak kadang merespon intimidasi yang dialaminya di sekolah dengan minta pindah sekolah. Kalau dituruti, itu sama saja dengan lari dari masalah. Jadi, sebisa mungkin jangan dituruti. Kalau ada masalah di sekolah, masalah itu yang mesti diselesaikan, bukan dengan ‘lari’ ke sekolah lain. Jangan lupa, bahwa kasus-kasus bullying itu terjadi hampir di semua sekolah.

2. Penanganan yang bisa dilakukan oleh guru:
a. Mengusahakan untuk mendapat kejelasan mengenai apa yang terjadi. Tekankan bahwa kejadian tersebut bukan kesalahannya.

b. Membantu anak mengatasi ketidaknyamanan yang ia rasakan, jelaskan apa yang terjadi dan mengapa hal itu terjadi. Guru harus dapat menerangkan dalam bahasa sederhana dan mudah dimengerti anak. JANGAN PERNAH MENYALAHKAN ANAK atas tindakan bullying yang ia alami.

c. Meminta bantuan pihak ketiga (psikolog atau ahli profesional) untuk membantu mengembalikan anak ke kondisi normal, jika dirasakan perlu.

d. Mengamati perilaku dan emosi anak , bahkan ketika kejadian bully yang ia alami sudah lama berlalu (ingat bahwa biasanya korban menyimpan dendam dan potensial menjadi pelaku di kemudian waktu). Bekerja sama dengan pihak sekolah (guru) dan mintal mereka membantu dan mengamati bila ada perubahan emosi atau fisik anak. Mewaspadai perbedaan ekspresi agresi yang berbeda yang ditunjukkan anak di rumah dan di sekolah (ada atau tidak ada orang tua / guru / pengasuh).

e. Membina kedekatan dengan teman-teman sebaya anak dengan cara mencermati cerita mereka tentang anak. Mewaspadai perubahan atau perilaku yang tidak biasa.
f. Meminta bantuan pihak ke tiga (psikolog atau ahli profesional) untuk menangani pelaku.

Sesi Tanya Jawab
1. lia _ kendal
Tolong beri contoh cara anak membela diri saat dia jd korban bullying ?
Jawaban :
Bunda lia...contoh nya..:
1. Berbicara dng minimal 2 orng terdekat, ortu, guru, atau orang yg berwenang: kepala sekolah, ...jk tdk di lakukan tindakan ini akan terus membuntuti anak anda
2. Pastikan anak anda di dengar dan ditanggapi benar" serius dan di bantu solusinya
3. Tunjukkan bahwa anak anda tdk takut...krn pembuly bisa merasakan rasa takut anak anda
4. Tdk membalas dng hal yg sama...biar siklusnya tdk berkelanjutan
5. Hindari terlihat lemah...ikutkan les bela diri supaya percaya diri
6.cari dukungan...akan lebih kuat ketika bersama"

2. Erna - pacitan
Anak saya pernah di bully tp setelah tidak dibully lg dia berteman dg teman yg membully hanya kadang dia pernah cerita disuruh berantem sama temannya,cuma sekali sih ceritanya.
Gimana agar anak tidak terbawa menjadi pembully?dan apa ciri2 umum anak yg dibully,anak saya tipe pemberontak walau pemalu kali belum kenal dg lingkungan barunya
Jawaban :
Karakter-karakter tertentu pada anak yang biasanya menjadi korban bullying, misalnya:
• Sulit berteman
• Pemalu
• Memiliki keluarga yang terlalu melindungi
• Dari suku tertentu
• Cacat atau keterbatasan lainnya
• Berkebutuhan khusus
• Sombong, dll.
Tanggapan :
Jika karakter tsb tidak ada pada anak saya haruskah saya lega karena tindakan bullying tdk mengganggu psikologi anak saya?
Jawaban :
Klo anak tdk berefek di bully...ibu sebaiknya tetap mengamati gerak gerik putranya ketika di rumah dan menanyakan ke guru ketika di sekolah.
Dan ibu selalu memotivasi putranya dng quality time dan komunikasi yg positif...berarti putra ibu kuat dan dewasa.

2. Ocy - Bekasi
1. Saya dr kecil korban bullying oleh orang tua saya sendiri. Bullying verbal maupun fisik. Dan sampai saat ini saya sdh berumah tangga pun, saya msh merasakan trauma. Karena sangat jelas dan saya rasakan menyakitkan sekali. Setelah orangtua, diluar lingkungan keluarga pun saya sempat jd korban bully secara fisik oleh teman2 SMA saya.
Bagaimana caranya saya menghilangkan memori itu dr ingatan saya? Bahkan sampai saat ini saya kadang suka menangis jika teringat kembali.
2. Bagaimana cara mengajarkan ke anak2 agar tidak membully satu sama lain? Apalagi saya sekarang sudah punya balita usia 1,5 tahun. Agar kelak dia tidak menjadi korban bullying seperti saya. Apa yg harus dilakukan orangtua?
Jawaban :
Seperti jawaban pertanyaan 1, sampaikan masalah bulliying kepada yang berwenang dulu bunda. Seperti guru kelasnya mungkin.
Nanti minta tolong guru kelas dulu utk memberi pengarahan ttng pentingnya penanganan bulliying sejak dini
Klo perlu diadakan parenting di wali kelas putra bunda
Adapun cara Mengatasi Trauma
1. Melangkah dari Trauma dan Pikira:n Buruk  Trauma yang Tak Kunjung Pergi
2. Belajar Lebih Banyak Bersyukur
3. Pilih Pikiran & Perkataan Yang Positif.
4. Berdamailah Dengan Masa Lalu
Menghadapi Trauma yang Tak Kunjung Pergi
Untuk bisa menciptakan kenyataan yang baik Anda harus membuang segala pikiran buruk Anda. Caranya adalah pertama Anda harus mengakui semua pikiran dan perasaan negatif Anda dengan jujur.
Pikirkanlah setiap keraguan, keputusasaan, frustasi, kejengkelan, konflik, dan stres yang Anda miliki, lalu bicarakan dengan orang lain yang Anda percaya. Ungkapkan semua hal-hal buruk yang Anda rasakan.Semakin Anda jujur, Anda akan semakin merasa lega.
Setelah mengeluarkan semuanya Anda akan merasakan sebuah perubahan. Anda merasakan ada pengenduran dalam diri. Setelah membuang semua pikiran buruk, berarti Anda telah mempunyai sebuah lembaran yang putih bersih, siap digunakan untuk menyongsong kesuksesan. Kedepannya, secara rutin praktekanlah menempatkan diri pada keadaan mental dan emosional yang paling positif.
Kedua, Sebanyak mungkin, kelilingi diri Anda dengan aura positif. Pastikan tontonan yang Anda lihat, musik yang Anda dengar, pergaulan yang membawa energi positif dalam diri Anda. Misalnya dengan mengurangi menonton atau mendengarkan berita kriminal, korupsi, dll.
Lebih baik, pergilah menonton film yang bisa mendatangkan inspirasi, pasang kutipan-kutipan yang menyemangati di kamar, atau bahkan status facebook Anda!
Jika Anda berkomitmen ingin melangkah dari trauma dan hidup lebih positif maka sebaiknya segera lakukan langkah-langkah di atas. Jangan sia-siakan waktu Anda, hidup ini terlalu singkat, sayang jika Anda melewatinya dengan kesedihan dan ketidakbahagiaan. Kesuksesan sudah tak sabar menanti Anda di depan. Raihlah dan nikmati kebahagiaan, karena Anda layak mendapatkannya!

4. Nia - Bogor
Bagaimana cara mengajarkan anak agar dapat membela diri saat dibully? Apabila anak dibully secara fisik apakah harus membela diri secara fisik juga? Adakah perbedaan cara menghadapi bullying atau membela diri bagi anak perempuan dan laki-laki?
Jawaban :
Untuk Mencegah Dan Menangani Kasus Bullying
Solusi buat orang tua
Hampir sama dengan jawaban pertanyaan no.1 dan ditambah ini :
1. Satukan Persepsi dengan Istri/Suami
2. Pelajari dan Kenali Karakter Anak
3. Jalin Komunikasi dengan Anak
4. Tidak Terlalu Cepat Ikut Campur
5. Masuklah di Saat yang Tepat
6. Bicaralah dengan Orang yang Tepat
7. Ajari Anak Tidak Lari dari Masalah

5. Rita - Bandung
Ada anak Kls 4, anaknya cerewet senang bercerita. Tapi, bila bercerita tidak tersusun, yang mendengarkan harus mengerti ceritanya. Sering kali bila ada masalah menjadi pihak yg tersalah kan. Di samping, anak ini kinestetik Dan usil. Bisa jadi, Hal ini menjadi senjata anak lain utk membully Dan jadi korban disalahkan. Bagaimana untuk membantu anak bercerita setiap kejadian dg berstruktur Dan menjauhi dari bully membully
Jawaban :
Karena Bulliying masalah utamanya faktor hambatan komunikasi
1. Beri waktu quality time , minimal 30 menit, boleh sebelum tidur dng bercerita,
2. beri contoh dulu cara bercerita, dengan ibu mendongeng

6. Inayati - Klaten, Guru sd
Murid saya yang prestasinya bagus itu suka di suruh2 sama teman2 nya awalnya saya pikir ga masalah krna saya anggap itu semacam tolong menolong dlm kelas tapi beberapa hari ini anaknya suka ngeluh ke saya kok ktanya kalau ga mau bantu di ancam. Tiap kali saya konfirmasi sama org yang nyuruh anaknya ga ngaku malah ktnya anak yang brprestasi tadi yang bohong.. menurut ibu apa yang harus saya lakukan?
Jawaban:
Penanganan Bulliying  yang bisa dilakukan oleh guru
1. Mengusahakan untuk mendapat kejelasan mengenai apa yang terjadi. Tekankan bahwa kejadian tersebut bukan kesalahannya.
2. Membantu anak mengatasi ketidaknyamanan yang ia rasakan, jelaskan apa yang terjadi dan mengapa hal itu terjadi. JANGAN PERNAH MENYALAHKAN ANAK atas tindakan bullying yang ia alami.
3. Meminta bantuan pihak ketiga (psikolog atau ahli profesional) untuk menangani pelaku dan korban.✅

7. Bunda Zuly - Sukoharjo
1. Apabila ortu yg mnjd korban bulliying dan anak menyaksikan, seberapa dampaknya pd anak?
2. Bagaimana membangun pertahanan diri anak dlm menghadapi bullying
Jawaban :
Anak akan terhindar dari kasus bulliying (membulliying atau di bulliying) apabila :
Terbangun komunikasi cinta dan kasih sayang, jelaskan dengan nada bahasa seperti mendongeng. Bahwa ibu tetap kuat dan ceritakan efek-efek positifnya
Beri waktu quality time , minimal 30 menit, boleh sebelum tidur dng bercerita, saat jalan”, di mobil sambil ngobrol berdua✅

8. Bunda Wahyu - Sukoharjo
1. Bagaimana caranya menghadapi guru2 dan pengurus sekolah yg menutupi aksi bullying?
2. Jika ibu menemukan langsung murid sbgai pelaku bullying, apa tindakan ibu saat itu? Dan apa tindakan lanjutan jika kasus itu terulang?
Jawaban :
1. Ceritakan kpd kepala sekolahnya bunda.InsyaAllah kepala sekolah lebih bijaksana.
2. Kebetulan anak sy pernah jadi korban bulliying.Yang sy lakukan : 1. Menceritakan ke guru kelasnya. 2 ke kepala sekolahnya. 3. Kemudian di pertemukan dng ortunya. 4.dipertemukan dengan guru, ortu dan anaknya ( setelah sang anak di nasehati dulu ortunya). Alhamdulillah anak sy berbaikan dng anak yg membulli. Dan saya minta anak saya di pindah kelasnya dulu. kemudian tahun berikutnya dijadikan satu kelas lagi. Dan sudah tidak ada yg berani membully lagi. Pertemuan kami disaksikan semua teman sekelas anak saya, ketika proses berjabat tanganny. Setahun setelah kejadian mereka menjadi sahabat.

9. Bunda Wahdah - Solo
1. Jika bullying terjadi pada anak berkarakter pendiam, bagaimana agar membuat dia mau berterus terang?
2. Bagaimana mengingatkan / menyadarkan para orang tua pelaku bullying, bahwa anak mereka menyakiti anak org lain?
Jawaban:
Jawaban hampir sama dng no
7 ya bunda.
Anak akan terhindar dari kasus bulliying (membulliying atau di bulliying) apabila :
Terbangun komunikasi cinta dan kasih sayang, jelaskan dengan nada bahasa seperti mendongeng. Bahwa ibu tetap kuat dan ceritakan efek” positifnya
Beri waktu quality time , minimal 30 menit, boleh sebelum tidur dng bercerita, saat jalan”, di mobil sambil ngobrol berdua

10. Rahayu - KRA
1. Maaf menyimpang sedikit ..bagaimana mengatasi trauma akibat bullying pada orang dewasa
2. Latar belakang pendidikan Ibu mulai S1 - S3 berbeda bidang. Ini menarik...❤bikin kepo..ingin tau, Mengapa berbeda Bu?
Jawaban :
Karena dampak anak yg membulliying kedepannya lebih berbahaya bunda, drpd yg di bulliying. Karena di awali dr ada akar permalasahan dulu pada pd anak pembulliying.
Waahh ceritanya panjang ini....Ada beberapa alasan:
1. S1 komunikasi...sy merasa segala sesuatu akan menjadi indah apabila di kemas dng seni kominunikasi yg positif...
2. Kebetulan sy selain mengajar mahasiswa, saya ingin mempraktekkan ilmu komunikasi sy utk bisnis...maka sy mengambil s2 mamajemen marketing s
3. Dan setelah membuka bisnis pendidikan ...selama 12 th...sy butuh ilmu psikologi pendidikan islam...jadi sy memperdalamnya ...
Begitu kira" bunda.

11. Ana - Solo
Kalau bullying ini menimpa dari ortu ke anak, dan menjadikan anak trauma. Kira2 bagaimana mengatasinya. Agar trauma si anak teratasi oleh kami pihak ketiga, tanpa bantuan orgtua. Krna orgtua tdk bs diajak berkompromi.
Jawaban :
Berikan kasih sayang sebagai pengganti ortunya bunda. Jawaban hampir sama dng no
7 ya bunda. Anak akan terhindar dari kasus bulliying (membulliying atau di bulliying) apabila :
Terbangun komunikasi cinta dan kasih sayang, jelaskan dengan nada bahasa seperti mendongeng. Bahwa ibu tetap kuat dan ceritakan efek” positifnya
Beri waktu quality time , minimal 30 menit, boleh sebelum tidur dng bercerita, saat jalan”, di mobil sambil ngobrol berdua

12.  Lina - Bandung
Mulai kapan anak bisa menyelesaikan konfliknya sendiri? anak saya usia 5 thn 8 bln laki2 dan 4 thn perempuan.. mereka sering konflik, saya suka melerai dan membela yg benar diantara mereka.. yg perempuan adenya, jika berantem suka memukul dan teriak2.. bagaimana penyelesaiannya apakah kakaknya harus mengalah sedangkan dipukulin apakah membela diri tp saya takut menyakiti adenya krn perempuan??
Jawaban :
Di diskusikan dng masing" anak bunda.
Anak akan terhindar dari kasus bulliying (membulliying atau di bulliying) apabila :
Terbangun komunikasi
Beri waktu quality time , minimal 30 menit, boleh sebelum tidur dng bercerita, saat jalan”, di mobil sambil ngobrol berdua. Krn anak masih usia balita, teknis berceritanya dng mendongeng...sumber ceritanya bisa di goegle ya bunda...tentang manfaat kerukunan kakak dan adik

Closing Statement
Berikan cinta dan kasih sayang dng bukti tindakan 100% kpd anak" kita...maka kita pun akan mendapat cinta kasih sayang dng bukti tindakan juga dr anak" kita 100%...waktu kita mendidik dan mendampingi anak" sangat singkat...ketika usia 14 th mereka sudah hidup dng dunia dan teman"nya .

Komentar

Postingan Populer