Resume Diskusi Kelompok 9 Game Level 11Bunsay IIP

Resume Diskusi Kelompok 9

Anggota:
🎀MC
Neneng Sumartini
πŸ“œPemateri dan penjawab pertanyaan
Sheilla Arman
Dwi Apriani
Judul
Sikap yang Tepat Bagi Orang Tua Ketika Anak Mulai Memainkan Alat Kelamin

Alur Diskusi:
🌟Pukul 08.00 wib, moderator membuka forum
🌟Penyampaian materi
🌟Forum dipersilakan membaca materi dan bertanya dengan format sbb:

Nama:
Kelompok:
Pertanyaan:

🌟Pertanyaan kirim via wapri ke mc, ditunggu hingga pukul 11.00

🌟Diskusi dilakukan selama 1 jam (pada pukul 13.00 wib - 14.00 wib)

🌟Jawaban pertanyaan ditanggapi penanya, dan boleh juga ditanggapi peserta lain

🌟Setelah 1 jam diskusi, diskusi ditutup
Materi
🌼🌼🌼

*Sikap Yang Tepat Bagi Orang Tua Ketika Anak Mulai Memainkan Alat Kelamin*

"Ih adek, ngapain, ga boleh !"
"Kakak jangan pegang titit, jelek ah"
"Ish. Ga boleh pegang burungnya gitu. Bunda ga suka"
"Heh heh heh heh" *sambil menepis kasar tangan anak πŸ™Š

Bunda.. Mungkin akan terkejut dan kaget saat memergoki anaknya memainkan alat kelamin. Sebagai orang dewasa, kita pasti langsung khawatir dan berprasangka macam-macam. Padahal tahukah Bunda, anak memainkan kelaminnya semata-mata bukan untuk tujuan seksual, tetapi bagian dari eksplorasi dan rasa ingin tahu akan bagian tubuhnya, termasuk alat kelamin. Anak merasa nyaman saat memainkan alat kelamin pada rentang usia 3-4 tahun, atau saat memulai potty-training. Alasannya sederhana, _because it feels good_

*Mengapa demikian?*
Menurut Freud, ada 5 tahap perkembangan psikoseksual pada manusia :
*1. Fase Oral (lahir - 2 tahun)*
Pusatnya di mulut. Bayi merasa nyaman dengan menelan dan menghisap. Sehingga menyusu dan memasukkan barang ke mulutnya menjadi aktivitas yg menyenangkan bagi bayi.
*2. Fase Anal (2-4 tahun)*
Pusatnya di anus. Fase yg tepat untuk toilet training. Proses defekasi (menahan dan mengeluarkan feses) membuat anak merasa nyaman. Di fase ini anak sudah bisa bertanggung jawab akan beberapa aspek kegiatan.
*3. Fase Phalus (4-6 tahun)*
Anak memindahkan pusat kepuasannya pada daerah kelamin. Seringkali di fase ini anak memegang dan memainkan alat kelaminnya, karena alasan kenyamanan.
*4. Fase Laten (7 tahun-remaja)*
Fase ini adalah fase tenang. Anak laki-laki lebih banyak bergaul dengan teman sejenis, demikian pula anak perempuan. Anak mencari figure ideal diantara orang dewasa berjenis kelamin sama dengannya.
*5. Fase Genital (remaja-dewasa)*
Pada fase ini alat-alat reproduksi sudah mulai matang, dan pusat kepuasan berada pada daerah kelamin. Proses pendidikan seks yg baik sejak dini menjadikan anak mampu menjaga diri di fase ini.

*Lalu, apa yang harus Bunda lakukan?*
_1. Reaksi yang tidak berlebihan._
Perhatikan cara bicara. Jika Bunda memarahi dan melarang dengan menepis tangan anak secara langsung dengan gesture yang kasar anak akan menangkap pesan bahwa alat kelamin itu jorok dan tabu. Hal ini bisa menjadi gap untuk pendidikan seksual tahap selanjutnya.

_2. Pahami tujuan anak_
Seperti yang sudah dipaparkan diatas, aktivitas memegang alat kelamin pada anak semata-mata bagian dari perkembangan dan keingintahuannya. Bunda, tidak perlu khawatir, stres atau malu, alihkan perhatian anak dengan cara yang baik.

_3. Perkenalkan konsekuensi_
Ajarkan rasa malu, bahwa kegiatan tersebut tidak pantas dilakukan di depan umum. Karena alat kelamin merupakan bagian pribadi seseorang.
Sampaikan juga bahwa memegang alat kelamin bisa membuat kulit sekitar lecet dan iritasi, menyebabkan kuman jahat bisa masuk.

_4. Mengalihkan perhatian_
Alihkan perhatian anak dengan kegiatan yg membuat tangannya "sibuk".
Jika terjadi di rumah, hentikan tanpa respon yg berlebihan.
Jika terjadi di tempat publik seperti playground atau pertemuan keluarga, segera alihkan dengan aktivitas tangan lain seperti mewarnai, bermain balok.

_5. Mencari penyebab_
Beberapa anak memegang alat kelamin ketika ingin pipis. Ajarkan anak untuk menamai perasaan tersebut. Atau bisa juga karena anak merasa terkucil, merasa tidak diperhatikan dan tertekan, sehingga anak mencoba mencari kegiatan yg membuat perasaanya nyaman. Segera cari tahu ya Bunda.

*Selanjutnya, kenalkan organ seksual secara baik pada anak*
- Ajarkan nama yang sesungguhnya, penis, vagina, puting, payudara, dsb. Tidak menggantinya dengan burung atau apem, misal.
- Saat memandikan anak adalah saat yg tepat karena anak bisa melihat langsung organ tubuh yang dimaksud.
- Jelaskan dengan intonasi normal, sama seperti kita menjelaskan mata, tangan, atau hidung
- Bunda tidak perlu menjelaskan terlalu detail dan serius kok, bertahap dan santai.
- Ajarkan anak untuk menjaga alat kelamin dan seluruh tubuhnya baik-baik, tidak menunjukan alat kelamin sembarangan (termasuk saat memakai baju/mengganti pampers, lakukan di tempat tertutup ya Bunda)
- Tekankan mereka memiliki hak untuk menolak pelukan dan ciuman (termasuk dari orang tua), ajarkan anak untuk menolak (bilang tidak mau atau bila perlu berteriak).

PS : kami menyapa hanya Bunda saja, karena grup ini berisi para Bunda, tapi bukan berarti Ayah tidak perlu dilibatkan ya πŸ˜‰

🌼🌼🌼
*Referensi :*
_Growing Up 3-4 tahun. Parents Guide. Hal. 6-10._
_www.whattoexpect.com/toddler/masturbation_
_www.simplypsychology.org/psychosexualstages_
_Ratnasari dkk. Pentingnya Pendidikan Seks Untuk Anak Usia Dini. Jurnal Tarbawi Khatulistiwa Vol. 2 No.2. 2016_
Diskusi
1. Assalamualaikum teh neneng sy cella mau tanya:
Sy belum memberitahukan nama asli dr alat kelamin kpd anak perempuan (4th) dan anak laki2 (2th) sy, kekhawatiran sy mrk menyebut2 nama tsb misalnya sdg ada org lain, tamu, keluarga besar. Selama ini sy hnya bilang itu tempat keluar pipis, hehe, bgmn yh teh cara yg tepat memberitahunya, dan bs dr umur brp?
Jawaban:
Waalaikumsalam warrahmatulloh teh Cella
Segera dikenalkan teh, khawatir anak lebih dulu mendengar dari orang lain dengan penamaan yg kurang tepat.
Caranya seperti disebutkan di materi teh ☺

Bisa dari sejak bayi, sama seperti kita mengenalkan mata, tangan, perut, kaki, dsb. Karena alat kelamin itu tertutup, lebih enak mengenalkannya saat istinja atau menjelang toilet training.

Insya Allah jika kita mengenalkannya baik, anak tidak akan menyebut alat kelamin sebagai kata utk olok-olokan.

Tanggapan oleh Dewi Rifayanti
Sy jujur aja belum jelasin namanya ke Hanum, Hahahahah.. insya Allah sy akan coba juga
[Keluarga besar sy juga kayaknya sinis deh kl sy sebutin dengan bener.. hahahhaa
Bukannya kalo disembunyiin/diubah namanya malah anak makin penasaran ya?

Jawaban;
Betul teh. Awalnya saya juga suka diketawain teh, lama-lama mereka yg paham dan malah ngikutin. Saya wajah datar aja pas nyebutinnya, jd anaknya ga bereaksi berlebihan.

Dewi: Tths udh mencoba hal ini? Gmn reaksi pasangan/keluarga? Bisa sharing kali teh..
Jawaban:
Asalnya saya jg ke anak kasih tau pake ti**t atau me**i. Tp sekarang mulai membiasakan pake vagina/penis. Cuman msh sering menyebut yg awal dikenalkan 😁

Tika: boleh ga sih teh kalo nyebutnya kemaluan atau alat kelamin aja gitu?
jujur aja sy sendiri masih jengah nyebut vagina/penis πŸ˜”
Jawaban:
Tentang Mengenalkan organ seksual pada anak yg harus secara jelas, tanpa disamarkan. Apakah  boleh memperkenalkannya dengan bahasa di daerah seperti dalam presentasi kelompok sebelumnya?

Saya ga pinter bahasa arab πŸ˜…
Dulu waktu seminar Bu Elly Risman beliau bilang begitu, kalau ga tega pake kata ilmiah boleh bahasa arabnya. Asal jangan yg plesetannya itu kaya burung, titit, dkk nya. Intinya supaya anak ga curiga "kok mama kaya nutup2in / kagok tiap kali bahas itu" nantinya anak malah penasaran dan cari tau di luar.

Dewi: Oh iya sy mau tanya, maaf teh.. hehe.
Fase anak dan phalus kan emg lagi fasenya, itu udah masuk ke kelainan kah? Atau kita mendeteksi kelainan itu setelah kedua fase itu lewat? Gimana cara kita mengetahuinya?

Jawaban:
Kalau mendeteksinya saya kurang tahu teh, mungkin yg ranahnya psikologi bisa bantuin saya. πŸ™πŸ»πŸ˜…

2. Nama : Khoirunnisa
Kelompok : 6

Pertanyaan :
Saya sempat dikejutkan dengan tindakan beberapa anak didik (yg belakangan saya tahu rumah mereka berdekatan, sehingga kemungkinan besar di tempat mereka itu tindakan seperti mereka seperti lucu2an). Ada anak laki2 yg iseng memegang kelamin teman mereka yg sesama jenis, dan anak perempuan yg memegang payudara teman perempuan. Usianya kelas 1 dan 2 SD. Apakah ini masuk kategori yg dijelaskan dalam materi di atas yg cukup direspon sebagai tindakan biasa, Atau berkaitan dengan bahasan kelompok tadi malam?

Sementara saya saat itu sangat refleks menampakkan ekspresi kaget. Ada rasa jijik saat melihatnya.

Jawaban:
Sepemahaman saya, 5 fase diatas adalah anak melakukan sesuatu kepada organ tubuhnya sendiri karena alasan kenyamanan. Jika dilakukan kepada orang lain, sepertinya bukan karena fase psikoseksual. Khawatir karena pengaruh lingkungan, bisa acara tv, youtube, dll atau kelakuan orang dewasa.

Di kampung saya juga masih banyak ibu-ibu yg suka "cemol-cemol" ke payudara/bokong/penis anak dengan alasan gemas. Lalu diikuti tawa oleh ibu-ibu lain. Bisa saja anak jadi mengikuti apa yg orang dewasa lakukan.

Cara berpikir anak kan sederhana (orang dewasa melakukan = saya juga boleh) (orang dewasa tertawa = itu kegiatan seru)

Tugas kita sebagai yg tau dan peduli untuk bertindak teh. πŸ™

3. Teteh salam kenal, saya yunita πŸ™πŸ˜Š.
Mau nanya boleh ya..
Adakah konsekuensi bagi anak jika fase oral tdk terpenuhi optimal? Misal di fase oral tersebut ortu banyak melarang anak memasukan segala hal ke mulut. Termasuk ga ngasih alternatif lain (semacam teether juga ga dikasih).

Bagaimana proses pendidikan seks yg baik di fase genital agar anak mampu menjaga diri di fase ini. Hal apa saja yg bisa orang tua lakukan?

Jawaban:
Ada teh.
Menurut teori, konsekuensi fase oral tidak terpenuhi adalah seperti kebiasaan menggigit kuku, merokok, bahkan bisa berpengaruh ke prilaku jadi mudah berbicara kasar, menuntut, atau tidak dapat menyaring perkataan.

Sepengalaman saya, saat anak dilarang memasukkan barang ke mulut yg berbahaya seringkali bukan larangannya, tapi "cara melarangnya".

*karena saya sering keceplosan membentak anak saat akan memasukkan sesuatu yg bahaya ke mulutnya (karena kotor jd takut diare), menjelang padahal, kejadiannya aja belum, apalagi diarenya
#eh itu mah saya aja ding πŸ˜…

Jawaban pertanyaan selanjutnya. Dicicil dan bertahap teh. Dari bayi, mulai dari pend. seks paling sederhana seperti menamai alat kelamin dan cara cebok. Seiring bertambahnya usia ditambah 'kerumitannya'. Diharapkan sebelum usia baligh (disini berarti fase genital) anak sudah paham tubuhnya, cara memelihara dan paham konsekuensi kesehatan, moral dan agama jika menyalahgunakan.
Oya, hasil penelitian tentang pubertas tahun ke tahun angkanya makin kecil. Skripsi saya tentang ini. Generasi nenek kita, menstruasi usia belasan, ibu kita mulai berkurang 2-3 tahun, usia kita kebanyakan <12, anak kita (kalau mengikuti tren ini) harusnya lebih muda lagi. Kita harus ngebut ya teteh2 menyiapkannya..

Tanggapan oleh Yunita
Kl boleh nanya lagi, faktor terbesar nya apa ya teh?

Jawaban:
Dari segi medis makanan cepat saji dan aktivitas fisik yg menurun teh.

Tanggapan oleh Dewi
Ada efeknya gak sih dengan makin cptnya pubertas dan penyebabnya?

Jawaban:
Penyebabnya yg diatas itu πŸ‘†πŸ»
Efeknya menopasue nya lebih cepat teh dan sbg ortu harus menjaga lebih ekstra lagi.

Tanggapan oleh Ergrani
Dr artikel yg saya baca
memendeknya usia pubertas anak-anak kita hari ini, yang ditengarai bukan semata-mata disebabkan oleh asupan nutrisi, melainkan karena paparan dan rangsangan seksual yang begitu agresif dan terlampau dini. Wallohu'alam.

--selesai--

#bunsayiip
#fitrahseksualitas
#gamelevel11

Komentar

Postingan Populer