Relevansi Model Kurikulum Humanistik dan Rekonstruksi Sosial

Relevansi Model Kurikulum Humanistikdan Rekonstruksi Sosial dengan kondisi pendidikan di Indonesia dewasa ini

1.      Relevansi model kurikulum humanistik dengan kondisi pendidikan di Indonesia dewasa ini.
Dunia pendidikan tidak pernah terlepas dari permasalahan-permasalahan. Menurut Lydia Freyani Hawadi (Republika Online, 2013), Direktur Jendral Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal, dan Informal (PAUDNI) Kemendikbud, negara Indonesia berada pada peringkat 4 di dunia terkait tingginya angka buta aksara. Hal ini dikarenakan masih ada 11 juta penduduk yang buta aksara, sekitar 439.199 diantaranya remaja rentan (15-20 tahun). Fakta tersebut menunjukkan bahwa pendidikan di Indonesia belumlah merata sehingga berdampak pada rendahnya mutu Sumber Daya Manusia Indonesia secara keseluruhan. Dengan demikian, pembentukan karakter bangsa belum dapat dikatakan berhasil.
Berkaitan dengan hal tersebut, Mulyasa (2013: 5) mengungkapkan beberapa permasalahan pendidikan yang perlu diprioritaskan dalam pemecahannya, yakni: peningkatan mutu pendidikan, peningkatan efisiensi pengelolaan pendidikan, peningkatan relevansi pendidikan, pemerataan layanan pendidikan, dan pendidikan berkarakter.
Penetapan Kurikulum 2013 dengan mengadopsi nilai kurikulum humanistik dirancang untuk memecahkan permasalahan pendidikan dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi, minat, dan bakatnya masing-masing. Kurikulum merupakan salah satu unsur yang bisa memberikan kontribusi yang signifikan untuk mewujudkan proses berkembangnya kualitas potensi peserta didik. Oleh karena itu, pada kurikulum ini disediakan beragam program dan pengalaman belajar sesuai dengan minat dan kemampuan awal peserta didik seperti kegiatan ekstrakurikuler.

2.      Relevansi model kurikulum rekonstruksi sosial dengan kondisi masyarakat Indonesia dewasa ini.
Kemajuan IPTEK telah membawa banyak perubahan dalam kehidupan masyarakat Indonesia dewasa ini. Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk terbanyak ke-4 berdasarkan hasil sensus Departemen Perdagangan AS, melalui Biro Sensusnya yaitu mencapai 253,60 juta jiwa (Detik Finance, 2014).  Dengan jumlah penduduk yang besar, tentunya negara Indonesia merupakan bangsa dengan kondisi masyarakat yang beragam. Selain itu, sebagai bangsa yang besar dari segi geografis, suku bangsa, potensi ekonomi, dan beragamnya kemajuan pembangunan dari satu daerah ke daerah lain, sekecil apapun ancaman disintegrasi bangsa masih tetap ada. Kurikulum harus mampu membentuk manusia Indonesia yang mampu menyeimbangkan kebutuhan individu dan masyarakat untuk memajukan jati diri sebagai bagian dari bangsa Indonesia dan kebutuhan untuk berintegrasi sebagai satu entitas bangsa Indonesia.
Dewasa ini, berbagai permasalahan muncul di masyarakat seperti kasus kekerasan, tawuran antar pelajar, narkoba, kecurangan dalam ujian menandakan bahwa kurikulum yang ada perlu diperbaiki. Hal ini dikarenakan implementasi kurikulum yang terlalu menekankan aspek kognitif dan keterkungkungan peserta didik di ruang belajarnya dengan kegiatan yang kurang menantang peserta didik. Berangkat dari permasalahan tersebut, kurikulum 2013 diharapkan dapat memecahkan persoalan yang terjadi dewasa ini. Dengan berpedoman pada model kurikulum rekonstruksi sosial, pembelajaran pada kurikulum 2013 dapat dilaksanakan dengan memenuhi tiga kriteria, sebagai berikut: nyata, membutuhkan tindakan, dan harus mengajarkan nilai. Adapun kegiatan pembelajaran dilaksanakan berdasarkan pertanyaan (Oemar Hamalik, 2008: 147):
a.      Dapatkah manusia tercukupi dengan kemampuan yang dimilikinya dalam menghadapi tantangan keterbatasan?
b.      Dapatkah antartetangga belajar bekerja sama dalam memecahkan masalah mereka masing-masing.

c.       Dapatkah stabilitas ekonomi dan politik dibangun kembali agar masyarakat tempat mereka berada mempunyai kemudahan dalam mengakses sumber-sumber budaya dan lingkungan?

Komentar

Postingan Populer